Selasa, 10 Januari 2012

Episode Malam Yang Mencekam

ilustrasi gb dari geogle

Aulia baru saja menyelesaikan rakaat terakhir sholat malam (lail)nya, ketika sekelebat bayangan hitam melintasi jendela, tepat didepan posisi arah kiblat. Seketika aulia merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia berusaha menguatkan hati,

“ Ya, Allah kuatkanlah hati hamba agar tak beranjak dari tempat sujud ini, lindungilah kami ya Rabb dari semua godaaan, baik yang bersifat nyata ataupun ghoib, tolonglah ya Rabb, tolonglah….” Rintih Aulia dengan gugup.

Nafasnya naik-turun. Semua doa-doa hapalannya dilafadzkan terburu-buru, Aulia berusaha untuk tidak memejamkan matanya, ia terus komat-kamit dan berusaha untuk khusuk, walaupun dadanya bergejolak.

Sudah beberapa hari ini, penghuni rumah qur’an merasakan terror yang menakutkan. Dimulai saat sore hari ba’da ashar, tepatnya dua hari yang lalu, ada 3 orang yang berwajah seram berjalan di sekitar rumah. Gerak-gerik mereka sangat mencurigakan, beberapa penghuni melihat mereka berbicara dengan berbisik sambil terus mengelilingi rumah. Dan malamnya, beberapa diantara penghuni merasakan sering ada suara-suara aneh dan ini membuat mereka takut.

Sesuai dengan namanya, Rumah Qur’an adalah tempat bermukimnya para pecinta Al-qur’an, mereka mondok disana, mendalami Al-qur’an, menghapalkannya, memahaminya dan seputar kegiatan yang berinteraksi dengan Al-qur’an. Tapi Rumah Qur’an yang satu ini semua penghuninya adalah perempuan, karena memang dikhususkan untuk asrama putri. Mulai dari ustadzah dan pesertanya perempuan semua. Mereka berasal dari berbagai daerah. Ada juga asrama putranya, sayang lokasinya tidak berdekatan satu sama lain. Ditambah lagi lokasi asrama putri ini sangat jauh dari keramaian. Terhitung hanya beberapa jumlah rumah di daerah itu dan letaknya berjauhan satu sama lain.

Mana disekeliling rumah yang berlantai dua ini masih layaknya hutan dengan pohon-pohon yang rimbun disana-sini. Mungkin hal inilah yang membuat lokasi asrama putri ini sangat rawan dari ancaman pihak luar. Apalagi pihak-pihak yang merasa aman untuk menyatroni rumah tersebut karena tidak ada kehadiran pihak laki-laki yang dianggap bisa melindungi. Uh, enak saja memangnya perempuan tidak bisa melindungi dirinya sendiri’. Begitulah pikir Aulia selama ini, sebelum kejadian beberapa malam terakhir.

Seperti malam sebelumnya, Hani, salah seorang penghuni menemukan sebuah kayu besar di dekat jendela kaca di bagian belakang rumah. Setelah ditanyakan kepada yang lain, tidak ada yang mengaku pernah meletakkannya di sana. Malam berikutnya,Tsabita, teman Aulia lainnya mendengar suara-suara aneh di teras bagian atas rumah. Waktu itu ia berada di bawah, segera ia naik ke lantai dua dan tidak menemukan siapa-siapa selain temannya yang sedang tidur. Lalu ada lagi kejadian aneh dialami seorang penghuni yang lain, saat ia baru meninggalkan kamarnya, ia mendengar suara keras,

“tek, kletek…dug,dug”.

Suara itu berasal dari dalam kamar, segera ia kembali masuk kamar dan memeriksa asal suara tersebut, didapatinya jendela kamarnya terbuka, ditandai dengan gorden yang melambai-lambai ditiup angin, padahal seingatnya jendela itu sudah dikunci. Ia memberanikan diri untuk memeriksa keluar jendela tapi tidak didapatinya seorangpun. Para penghuni mulai merasa tidak nyaman tinggal di rumah tersebut, tapi ini tidak bisa dibiarkan. Hal ini harus diselesaikan. Karena seorang mukmin tidak boleh lari dari suatu masalah, tapi harus menjadi bagian dari solusi. Atas usulan yang disepakati akhirnya mereka menghubungi penanggung jawab wisma Qur’an, ustadz Fariz, tapi sangat disayangkan ternyata sedang berada di luar kota. Hanya istri beliau yang mampu dihubungi, responnya pun Cuma terkesan seadanya,

“yah, sabar aja, perbanyak tilawah…”.

Aulia dan teman-temannya merasa kurang puas dengan jawaban itu, bukankah kita harus berusaha dulu, sesudahnya baru bertawakal. Mereka pun menghubungi penanggung jawab asrama putra, Alhamdulillah mendapat tanggapan yang positif.

Sejak malam itu, yaitu malam ke tiga sejak teror melanda, dikirim dua orang laki-laki muda untuk menjaga di rumah qur’an, Haikal dan Umar. Dan itu adalah malam ini, saat dimana Aulia melihat sekelebat bayangan hitam di jendela kamarnya. Aulia masih menahan nafas sambil terus berzikir, yah walau dalam keadaan tegang, Aulia sudah agak tenang karena ia yakin akan pertolongan Allah. Dan Allah sebagaimana prasangka hambanya.

Sebelumnya pun Aulia adalah seorang gadis belia yang taat beribadah, ia sangat meyakini bahwa

sabar dan sholat akan menjadi penolong orang mukmin”, seperti dalam QS Al-Baqarah : 153 yang sudah dihapalnya.

Makanya malam ini ia berusaha mendirikan sholat lail dengan khusu’. Aulia yakin pertolongan Allah segera datang dan rahasia malam yang mencekam akan segera terkuak. Aulia masih menunggu dalam zikirnya, ketika kelebat bayangan hitam itu muncul lagi,

Terdengar suara “kresk,kresk…”

disusul teriakan keras Haikal dari lantai atas,

“Hei…., Siapa disana!!!”,

Tiba-tiba ada suara orang-orang berlari disusul suara

“gdebug….bum!!!”

Seperti ada yang jatuh dari lantai dua.

“Hei, jangan lari…Maling….!!”

Kembali haikal berteriak. Teriakannya hampir hilang bersamaan dengan suara raungan motor yang lama kelamaan menjauh. Umar yang berada di bawah juga berteriak

“maling….maling….”.

Seketika itu juga Aulia ikut berteriak

”maling…maling…!!”.

Hani yang masih tilawah, segera berteriak

“maling…maling…!”.

Yang lucunya lagi Tsabita yang barusan terbangun dari tidurnya juga langsung teriak

“maling….maling….!!”.

Akhirnya semua penghuni Rumah Qur’an spontan teriak “maling….maling…!!!!”.

Sungguh teriakan yang memecah Keheningan malam, namun anehnya tak seorang tetanggapun yang datang. Sangat disayangkan, pikir Aulia.

Apakah ini pertanda masyarakat yang tidak acuh kepada sekelilingnya lagi, atau memang masih terlelap semua atau memang letak yang berjauhan membuat mereka takut untuk keluar. Alih-alih mau meyelamatkan orang lain, nanti diri sendiri yang jadi korban, mungkin begitu pikir mereka. Ah, Aulia tidak mau pusing memikirkan hal itu sekarang, nanti-nanti deh dipikirkan lagi, bathinnya. Ia segera melipat mukenanya dan mengenakan jilbab, keluar dari kamar dan segera berkumpul di teras belakang rumah bersama teman-teman yang lain, mereka sudah lebih dulu berhamburan keluar sebelum Aulia.

Ternyata keadaan sudah aman, menurut keterangan Haikal, memang ada orang yang berusaha masuk, tapi keburu ketahuan.

“Ah, sayang malingnya keburu kabur!!”,

Hani menggerutu kesal karena tidak berhasil mengetahui siapa pelaku sebenarnya. Yang lain belum sepenuhnya pulih dari shocknya, mungkin akan menimpali hal yang bernada serupa dengan Hani, tapi ustadzhah segera menengahi, “Alhamdulillah, Kita harus bersyukur pada Allah, sudah terhindar dari bahaya” ujarnya.

Aulia terharu mendengarnya. Mereka akhirnya sama-sama sujud syukur. Malam itu sebagian dari mereka hampir tidak bisa memejamkan mata, kecuali hanya sebagian kecil yang memang sudah sangat lelah. Mereka yang belum sholat lail melaksanakannya dengan jama’ah. Walaupun sudah ada Haikal dan umar, tetapi ustadzah menyarankan agar tetap bergantian piket jaga.

Pagi pun datang dengan kesejukannya, syukurlah tidak ada kejadian-kejadian yang aneh lagi sampai cahaya matahari mulai tampak. Umar menceritakan kalo dia menemukan tangga yang menuju ke lantai dua, di letakkan disamping tangki air “Tedmon”. Beberapa ranting pohon patah dengan posisi tak beraturan, mungkin akibat maling yang jatuh dari lantai dua tadi malam, itu prediksi Haikal. Aulia dan teman-temannya, juga ustadzah sangat terkejut sewaktu umar menunjukkan loteng yang berlobang besar, ternyata sampai keatap-atapnya. Diperkirakan lobang itu dipergunakan untuk keluar masuknya maling.

Ah, ternyata Rumah Qur’an ini sudah lama diintai maling, Aulia kembali membathin, Alhamdulillah sampai saat ini belum ada yang kehilangan. Ketakutan kembali menjalari para penghuni Rumah Qur’an, sebagian besar mengusulkan untuk rehat dulu kerumah masing-masing.

Akhirnya usulan itupun diterima, dengan pertimbangan keamanan dan untuk memulihkan kelelahan bathin, para penghuni rumah Qur’an dipulangkan untuk sementara, mereka diwajibkan membawa pulang semua barang berharganya, mulai dari laptop, kamera, handphone, dll. Untuk sementara Rumah dijaga oleh Haikal dan Umar sampai keadaan benar-benar aman. Aulia melangkah meninggalkan wisma Qur’an dengan gontai,

“Ah, mungkin itu yang terbaik untuk saat ini”, pikir Aulia positip.

Hari pun berganti, tak terasa telah dua pekan kejadian di rumah Qura’n berlalu. Aulia masih tercenung membaca sms dari mas’ul (ketua) rumah Qur’an khusus putri, yang sekaligus ustadzah disana. Penghuni rumah qur’an dihimbau untuk kembali. Aulia kembali merenung, dua pekan adalah sangat berarti buatnya, memberikan kesempatan untuk berpikir cukup panjang sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. Namun, sampai saat ini Aulia belum punya jawaban, ia belum memutuskan untuk kembali atau tidak…Ia juga sudah menerima beberapa sms serupa dari teman-teman dekatnya di rumah qur’an, ada yang akan kembali, ada juga yang tidak. Semua dengan alasannya masing-masing. Kembali diingatnya perkataan seorang saudaranya yang hafidzoh (hafal Al-qur’an) bahwa

Dalam proses mendalami dan menghapal Al-Qur’an memang banyak sekali tantangannya, baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Itu memang sudah menjadi sunatullah, sebanding dengan keuntungan yang akan diperoleh dari hasil proses tersebut yaitu jannah (surga). Bukankan surga itu dihiasi dengan onak-duri dan tidak akan masuk surga sebelum dapat ujian dari Allah SWT, maka ujian itu memang harus dilalui dan hanya orang-orang yang teguh pendiriannya (istiqomah) yang akan berhasil.

Malam ini Aulia membathin akan menanyakan langsung kepada sang Pembolak-balik Hatinya. Ia segera berwhudu dan bergegas istikhoroh meminta Sang Khalik untuk memilihkan yang terbaik baginya.

Paginya, mentari bersinar cerah mewakili perasaan hati Aulia. Ia sudah punya keputusan dari hasil istikhoroh panjangnya tadi malam. Ia tidak akan kembali mondok di rumah Qur’an, tapi… Ia tetap akan berinteraksi denagn rumah Qur’an dalam aktifitas mendalami dan menghafal Qur’an. Artinya ia tetap belajar di Rumah Qur’an tapi tidak mondok (menginap) disana, ia tetap kembali kerumah orang tuanya. Aulia kembali membathin, Rumah Qur’an dengan segala kebaikannya dan Rumahku dengan segala kekurangannya. Namun begitu dekatnya rumah (ortuku) dihatiku, itu ujian ataukah keuntungan, Aulia kembali menganalisa, di rumah Qur’an godaan pasti ada dari makhluk halus bahkan kasar, kalo dirumah sendiri ketenangan hati mungkin lebih bisa dicapai dan itu sangat penting untuk proses menghapal Al-qur’an.

Kepada teman-temanya Aulia hanya tersenyum jika ditanya tentang alasan untuk keputusannya itu. Ia tetap mengangggap Rumah Qur’an adalah yang terbaik untuk para penghafal Qur’an, karena suasana yang homogen akan mempercepat proses keberhasilan. Kunci dari semua itu adalah kemauan dan kesungguhan, untuk mendalami dan menghapal Al-Qur’an, bisa saja, dimanapun kita berada. Aulia berjanji akan menjadikan rumahnya dan lebih banyak rumah yang lain sebagai Rumah Qur’an.

8 komentar:

  1. Ini kisah nyata atau fiktif ya?

    Maaf, paragraf ke-4 mungkin bisa dibenahi lagi, menurut saya terlalu panjang:)dan sebaiknya percakapan atau quote 'dikeluarkan' dari paragraf.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini sih cerita dr seorang adik yg bercita mjd hafidzoh dan diperbanyak dg imajinasi fiktifku hehehe...
      Mksh ya mas koreksinya, secara baru belajar nulis (penulis pemula) kudu banyak masukan. Tar diperbaiki deh..

      Hapus
  2. Semoga Aulia selalu istiqomah ya Kak Ros dan tetap bersemangat buat hafalan Al Qur'annya?

    Semoga rumah kita bisa menjadi rumah Qur'an ya Kak Ros ;)

    Btw, idem Abi Sabila: apakah kisah ini nyata?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin yba..
      ke, ini kisah lebih banyak imajinatifnya, ...

      Hapus
  3. setuju sama komen nya abi sabila.

    Pusing kalo baca paragraf yang terlalu panjang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak masukannya ya, ummi nabil sholihat...

      Hapus
  4. apa rumah qur'an seperti gbr itu,menarik juga ceritanya,ditunggu lanjutannya...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah, menurut imajinasiku..cie..lebih kurang spt itulah, kahfi, soalnya susah sih cari gb yg rada-rada mirip. ok, deh insyaAllah nanti dilanjutin crtnya kalo sdh ada inspirasi...

      Hapus