Rabu, 10 November 2010

MOGOK SEKOLAH




“Pokoknya Azzam tidak mau sekolah…!!!” teriak Azzam sengit pagi ini. Umi sangat gusar mendengarnya. Sudah sedari tadi umi berusaha membujuknya dengan segala cara, tapi ia tetap tidak mau. Azzam mogok sekolah. 
 Hari ini, disekolahAzzam ada acara latihan manasik haji untuk anak-anak TK. Dan entah mengapa Azzam benar-benar tidak mau mengikuti aktifitas itu. Umi dan abi juga bingung dengan sikap Azzam itu. Sudah dua hari yang lalu, sewaktu diumumkan acaranya lewat buku kerjasama, Azzam sudah menyatakan keengganannya untuk ikut. Umi pikir itu Cuma perasaan sesaatnya Azzam, ternyata sampai hari H pun sikap Azzam tidak berubah. Dalam diri Azzam pun merasa aneh dengan umi-abinya, padahal sudah dari kemarin-kemarin ia menyatakan perasaannya tapi kenapa sampai hari ini pun umi masih juga nyuruh-nyuruh ikut acara itu, “uh, sebel...umi-abi tidak asyik nih!!” begitu pikir Azzam, makanya waktu umi dan abi dengan sedikit bentakan memaksa, Azzam pun jadi berontak dan berteriak keras plus sengit seperti diatas, hingga memecahkan keheningan pagi. Hanya dedek Askar saja yang tetap asyik mendengkur memeluk bantalnya, rupanya ia masih letih sehabis bermain seharian. Akhirnya, dengan persetujuan abi, umi membiarkan Azzam tidak sekolah hari ini, itupun setelah Azzam sempat nangis. “Ih, umi-abi ini lucu, kalo aku sudah nangis aja, baru deh diizinkan gak sekolah” bathin Azzam. Yah, pagi ini hanya bang Aziz, kakaknya Azzam, yang berangkat ke sekolah dengan semangat, kebetulan acara latihan manasik haji itu diikuti anak-anak SD juga, yang masih di kelas 1, 2 dan 3.
Azzam kembali gerah dengan pertanyaan umi yang bertubbi-tubi, uh, umi gak bisa banget liat azzam rehat barang sedikit, sekarang sudah menginterogasi lagi, mungkin begitu pikir azzam yang tengah bermain puzzle. Baru juga mau menikmati libur, yang azzam ciptakan sendiri, eh malah dikejar-kejar sama pertanyaan yang males tuk dijawab. Ah, azzam cemberut dan diam aja awalnya, tapi karena umi terus bertanya, dan dibumbui tentang cerita anak yang gak boleh bohong, akhirnya azzam luluh juga. Ia mulai menceritakan alasannya tentang anak yang sering memukulnya di sekolah. Azzam malas sekali bertemu dengan anak itu, memang sih sudah selesai masalahnya, karena Bunda (begitu azzam memanggil gurunya di sekolah) sudah mennyuruh azzam untuk memukul balik anak tsb. Tapi mungkin bagi Azzam masih jadi trauma. Memang diantara anak-anak uni Azzam adalah yang paling lembut hati alias tak suka kekerasan, walaupun sering mendekati agak cengeng, itu sih kata umi yang agak prihatin mendengar cerita Azzam. Umi pun berjanji dalam hati untuk menanyakan langsung ke bunda azzam di sekolah.
Azzam agak lega setelah bercerita dengan umi. Dan sekarang tidak ada halangan lagi nih untuk menikmati liburku ini, azzam pun tersenyum. Ia pun meneruskan aktifitasnya, yaitu bermain, bermain dan bermain. Ha ha ha ha menyenangkan sekali, seru azzam dalam hati. Ia sudah bertekad untuk bermain dan berpetualang sepanjang hari, mungkin lebih seru nih kalo ngajak adek Askar. Ah, sayang saking capeknya adek Askar belum juga bangun sampai detik ini. Mau main ke rumah teman, semuanya pada sekolah. Azzam mulai sedikit bosan nih. Tapi dia tetap berpikir untuk mensukseskan hari libur ciptaannya, padahal kata umi sih bukan libur, tapi ‘bolos’, huuu.. dasar umi, syirik aja. Azzam tak peduli. 

Akhirnya dedek Askar pun bangun, ah bakal lebih seru nih, bathin azzam. Setelah Askar mandi dan sarapan yang dengan setia ditungguin oleh Azzam, mulailah mereka berkolaborasi dalam permainan. Awalnya sih anteng-anteng saja, sesekali terdengar gelak tawa mereka berdua. Tapi tiba-tiba, “uwaaaa….. umiiii…!!”, terdengar lengkingan suara Askar seketika
Umi segera mendekat dan melongokkan kepala untuk melihat apa yang terjadi. Oh, mereka sedang berebut mainan. Umi membiarkan sesaat dengan harapan mereka bisa menyelesaikannya sendiri. Suara tangis askar semakin keras, sedang Azzam masih ngotot mempertahankan mainannya. Tampaknya harus ada orang ketiga, umi segera melerai keduanya dengan sedikit mengingatkan hapalan hadist Azzam, hadist tak boleh marah dan hadist kasih sayang. Ternyata strategi umi berhasil, setelah berjabatan tangan saling maaf-maafan, Azzam merelakan mainannya untuk Askar. Alhamdulillah, bathin umi lega. Tapi bagi Azzam sebaliknya, sekarang keadaan tidak menyenangkan lagi, karena adek Askar yang masih beruraian air mata lebih memilih berada di gendongan umi ketimbang melanjutkan bermain dengannya. Ah, dedek Askar nih nggak asyik banget, bathin Azzam. Sekarang Azzam bermain sendiri. Lama-lama ia mulai bosan dan uring-uringan. Tak ada yang dapat diajak main, lagian ia sekarang merasa semua permainan sepertinya sudah ia mainkan hari ini, kecuali satu, Aplikasi Game di komputer, dan itu tidak diperbolehkan abi, sebagai hukuman bagi Azzam yang bolos hari ini.Semakin lama semua permainan itu tidak menyenangkan lagi. Hu..uh bosan, Ah, nasib, nasib, ternyata bolos itu tidak menyenangkan, Azzam mulai merenung. Ia mulai menyesal kenapa bolos hari ini, sudah tidak bisa main dengan teman-teman sebaya, eh ditambah lagi tidak bisa melakukan permainan yang sangat disukainya sebagai bentuk hukuman dari abi, nge-game di komputer.
Umi memperhatikan nanda Azzam yang lagi uring-uringan dari jauh, ia tersenyum. Dipanggilnya Azzam yang segera menoleh dengan malas. Azzam pun menyeret langkahnya mendekati umi, wajahnya ditekuk. Ada apa lagi nih umi, kog senyum-senyum aja.
“Nah, bagaimana zam… enak ndak kalo tidak sekolah?” Tanya umi.
“Tidak enak..” jawab Azzam. Wajahnya masih ditekuk.
“jadi, besok mau bolos lagi ndak?” Tanya umi menyelidik.
“Tidaklah mi.., Azzam mau sekolah besok” Azzam bersemangat lagi.
Umi tersenyum sambil mengusap kepala Azzam, “Bagus, nah mulai besok gak usah bolos-bolos lagi ya..”.
Azzam pun meng-iya kan sembari dalam hati ia akan ngomong hal yang sama ke abinya nanti, sewaktu abi sudah pulang. Umi kembali memperhatikan Azzam yang sudah berlari mendekati adiknya Askar, mereka main sama-sama lagi. Ah, anak-anak..bathin umi. Kembali umi teringat kata-kata seorang teman dekatnya “Bahwa anak-anak harus dibiarkan belajar konsekuensi dari tindakannya sendiri, sehingga kesadaran akan timbul secara alamiah, tanpa dipaksakan. Dan itu akan menjadi kekayaan pengalaman hidup bagi mereka yang tidak akan terlupa”.
Umi jadi merenung sendiri dan mulai berpikir, sepertinya besok-besok pun tidak perlu maksa-maksa bikin PR sama abang Aziz, tinggal diingatkan saja, kalau dia tidak mengerjakan berarti dia sendiri yang akan malu dihadapan teman-temannya, dihukum gurunya, sebagai konsekuensi dari tindakannya. Alhamdulillah, ya Allah hari ini hamba tlah belajar dari makhluk kecilmu yang bernama AZZAM.