Selasa, 04 Mei 2010

Etos kerja Muslim dan Dakwah


Islam sebagai dienul haq merupakan minhajul hayat (pedoman hidup) yang syamil (menyeluruh) bagi manusia. Konsepsi tersebut mengandung pengertian bahwa Islam sebagai dien yang sempurna, tidak memisahkan antara urusan dunia dengan urusan akhirat. Keduanya merupakan persoalan esensial yang harus dipahami oleh setiap mukmin, bahwa islam memandang dunia ini merupakan ladang untuk memasuki akhirat.Oleh sebab itu islam menyeru kepada ummatnya supaya bekerja keras, sebagaimana realisasi dari firman Allah SWT, dalam QS At-taubah : 105, yang artinya ;
“ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu”
Islam melarang umatnya bermalas-malasan dan berpangku tangan. Setiap muslim harus meyakini bahwa iman akan terasa kelezatannya apabila secara aktual dimanifestasikan dalam bentuk amal sholeh.
Pengertian amal sholeh bukanlah hanya terbatas dalam soal-soal ritual ditempat-tempat tertentu saja, melainkan juga meliputi setiap aktifitas manusia dalam segala aspek kehidupan. Jadi bisa saja berbentuk pengabdian manusia kepada Allah SWT dalam ibadah ritual, bercocok tanam, bekerja di perusahaan, mengajar di sekolah, menjadi tenaga medis di rumah sakit, berjihad di medan perang dan sebagainya. Amal sholeh bukanlah lepas dari urusan-urusan duniawi. Amal sholeh berarti bergumul dalam kancah kehidupan disertai kewaspadaan hati agar tetap memilki iman, bergaul dengan sesama manusia dan memperhatikan apa yang mereka pikirkan dan kerjakan serta memperhatikan segala kebaikan yang hendak mereka gapai. Itulah aktifitas yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Jadi, etos kerja muslim mutlak diperlukan agar tidak membiarkan mereka (kaum muslim) menjadi jumud dan statis sama sekali.
Secara lugas Etos Kerja muslim dapat didefenisikan sebagai norma atau cara seorang muslim dalam mempersepsikan aktifitasnya yang berisi dan mengandung semangat jihad, agar nilai pekerjaannya mempunyai makna dan dapat dilakukan dengan penauh kesungguhan.

Ciri-ciri seorang muslim yang mempunyai dan menghayati etos kerja, akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandasi pada suatu keyakinan mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah SWT yang akan memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan (khoiru ummah). Ciri-ciri Etos kerja Muslim, diantaranya :
1. Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership)
2. Selalu berhitung
3. Menghargai waktu
4. Tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan
5. Selalu berhemat
6. Memiliki semangat wiraswasta yang tinggi
7. Semangat Bertanding
8. Memiliki motivasi untuk mandiri (independent)
9. Haus untuk memiliki keilmuan
10. Berwawasan makro – universal
11. Ulet, pantang menyerah

Dalam etos kerja muslim, maka setiap pribadi muslim dituntut untuk mempunyai identitas jihad yang dirumuskan dalam sikap dan tujuan hidup secara benar & proporsional, dg kriteria khusus, yaitu :
• Tujuan harus Realistis, artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang kita miliki, agar tidak terperangkapke dalam satu rumusan yang terlalu ideal.
• Spesifik, artinya pernyataan atau rumusan tujuan harus mudah dipilah, tidak overlapping dan bersifat general.
• Chalenging & measurable, maksudnya bahwa tujuan yang ditetapkan harus dapat mendorong, memotivasi diri kita dan kalau perlu ada semacam tenaga ekstra untuk mencapai tujuan tertentu.
Contoh suatu rumusan tujuan yang Realistis, spesifik dan Chalenging/measurable :

“ Dalam waktu 1 pekan ke depan, tilawah Al-Qur’an saya harus mencapai 1 juz setiap harinya “

Selain itu ada beberapa karakteristik penting dalam Etos Kerja Pribadi muslim,yaitu:
1) Kesadaran antara Fikir dan dZikir.
2) Kualitas Renungan dan Kekuatan Bertanya
3) Faham terhadap Konsekuensi hidup
4) Mempunyai kekuatan dan Kemerdekaan
5) Memiliki landasan iman dan prestasi

Etos kerja pribadi muslim yang benar dan bersandarkan pada sumber Islam (Alqur’an dan Al-hadist) akan menghasilkan budaya masyarakat ke arah generasi ULIL-ALBAB, yang dapat mengaktualkan potensi luhur manusia, yaitu: Akal, Nafsu dan qolbu secara seimbang dan berupaya mengantisipasi akibat sampingan (spt: IPTEK) yang negatif dengan meningkatkan kualitas keislamannya.
Hal ini dimaksudkan agar umat islam disamping dapat mengikuti Kemajuan Zaman, juga dapat tetap Istiqomah dalam keislamannya, tidak terbawa oleh akibat sampingan dari kemajuan ILMU PENGETAHUAN dan TEKNOLOGI itu. Wallahua’lam bi showab.


sumber : - AL-Qur'anul Karim & terjemahan
- "ETOS KERJA PRIBADI MUSLIM", H. Toto Tasmara.
- "NILAI KERJA DALAM ISLAM", Izzuddin Al-khatib At-tamimi