Jumat, 28 Oktober 2011

Lupa yang Membawa Korban

askar tadi mau apa ya...kog lupa sich..

                Sebelumnya, saya sangat pelupa. Walaupun Manusia dikenal dengan kelemahannya yang suka Alfa, namun bagi saya sifat ini sangat membebani dan harus diantisipasi agar tidak menimbulkan korban yang tidak dikehendaki.

                Suatu hari, teman saya, si A bermaksud membayar hutangnya kepada si B. Dengan alasan karena saya sering bertemu dengan si B, maka dititipkanlah uang pembayaran hutang tersebut kepada saya. Tapi setiap kali saya berjumpa dengan si B, saya kelupaan terus untuk memberikan uang titipan tersebut. Hingga suatu ketika si B bercerita kepada saya bahwa si A tidak mau membayar hutang kepadanya, deg… saya terkejut dan baru tersadar. Tiba-tiba saya ingat dengan uang yang sudah sekian lama dititipkan si A kepada saya. Akhirnya dengan perasaan bersalah yang sangat besar, saya langsung memberikan uang tersebut kepada si B dan menjelaskan hal sebenarnya. Sayapun sangat menyesal dan meminta maaf kepada si A, yang hampir menjadi ‘korban’ atas kelalaian saya. Betapa tidak, kalau sampai uang titipan tersebut tidak sampai ke si B, maka label (cap) : “Orang yang lalai membayar hutang” , akan melekat pada si A. Astaghfirullahal’adziim…

nah baru ingat deh sekarang, Askar mau jadi anak sholeh pembela islam...


                Kali lain, saya pernah diundang untuk menghadiri rapat yang diadakan oleh kelompok pengajian RT di lingkungan tempat kami tinggal. Hari itu, saya pergi dengan tergesa-gesa karena merasa sudah terlambat dari jadwal yang  ditentukan. Tapi, setelah sampai di rumah pak RT (yang menjadi tempat rapat seperti tertera di undangan), saya terkejut dan heran, karena tak seorang yang hadir, kecuali tuan rumah (bu RT). Saya pun menjelaskan maksud kedatangan saya karena terlihat kebingungan di mata beliau. Dengan tersenyum geli bu RT  berujar, “kan, Rapatnya besok bu….. “. Beliaupun terkekeh. Yah, kali ini Saya yang menjadi ‘korban’ atas kealpaan saya sendiri.

                Kejadian-kejadian diatas membuat perenungan bagi saya untuk mengatasi sifat lupa yang ternyata membawa ‘korban’. Kemudian Saya teringat sebuah hadist Rasulullah SAW yang artinya, 

“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang diantara kamu yang apabila bekerja selalu rapi”.

Sejak itu, saya mulai rajin membuat catatan-catatan dalam setiap kegiatan saya. Untuk masalah keuangan saya catat di buku khusus. Saya pun mulai menyusun agenda dan jadwal kegiatan saya  berurutan rapi, lengkap dengan waktu dan tempatnya. Agenda yang terjadwal tersebut saya tulis/cetak di kertas dengan tulisan jelas dan menarik, lalu saya tempelkan di dinding atau whiteboard. Saya juga menggunakan alarm Hp sebagai pengingat untuk hal-hal penting.

                Alhamdulillah, sekarang  saya tidak terlalu sering lupa lagi, malahan hari-hari saya terasa lebih teratur dan bermakna, karena ternyata catatan-catatan tersebut bisa mewakili perencanaan aktivitas hidup saya. Wallahu’alam bisshowab .