Minggu, 28 Maret 2010

pengalaman pribadi

KEJUTAN CERDAS SI KECIL

Setiap orang tua menginginkan/bangga bila memiliki anak-anak yang cerdas.Tidak saja cerdas secara IQ, tapi juga cerdas secara emosi (EQ) dan cerdas secara spiritual/keagamaan (SQ). Kecerdasan yang seimbang tersebut dapat dihasilkan dari berbagai faktor, selain faktor genetik dari orang tua, juga yang lebih penting adalah faktor Pola didik (Pola Asuh) dari orang tua disertai stimulasi-stimulasi yang dilakukan terus menerus dan bertahap sesuai dengan pertambahan usia mereka.

Sebagai orang tua yang mempunyai anak berusia balita, Saya bersama suami juga ikut memperhatikan masalah-masalah yang mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Ternyata Nutrisi, termasuk pola dan jenis makanan yang dikonsumsi anak, sedikit banyak ikut mempengaruhi kecerdasan anak. Untuk nutrisi tambahan mereka kami menggunakan susu Frisan Flag 123 dan 456.

Tiga orang putra kami, Aziz (5,5 th) sudah duduk di TK B, Azzam (4,5 th) sudah di TK A, dan Askar (1 th 7 bln) merupakan mutiara/harta yang tak ternilai bagi kami. Mereka adalah anak-anak yang aktif.

Aziz, anak yang pertama, sekarang sudah mulai manggunakan logika-logikanya, hal itu tidak hanya terlihat dari caranya dalam mengeja bacaan dan belajar berhitung yang relatif menggunakan otak kirinya, tapi juga sudah mulai mengasah daya imajinasinya dengan otak kanan. Ia pernah menceritakan khayalannya jika menjadi Dokter, pilot, ustadz, pemain bola, dan lain-lain. Stimulasi yang kami berikan untuk Aziz adalah dengan selalu menanyakan kepadanya apa-apa yang telah dilakukannya setiap hari. Misalnya : Kalo pulang dari sekolah atau dari bermain, kami selalu minta dia menceritakan kembali apa yang telah dilakukannya tadi (pengalamannya).

Banyak kejutan-kejutan dari Aziz setiap harinya, biasanya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang agak membingungkan untuk menjawabnya. Pernah suatu saat Aziz menanyakan ‘Apakah semua hewan yang punya sayap bisa terbang tinggi atau terbang jauh dan disebut burung?’. Selagi kita masih bingung untuk menjawabnya, Aziz kembali meneruskan pertanyaan sesuai dengan pengamatannya “mengapa ayam tidak dapat terbang jauh-jauh dan kelelawar tidak disebut burung padahal dia bisa terbang…?”

Saat yang lain dia mendengar dan mulai mengerti konsep perbedaan laki-laki dan perempuan, tapi yang ditanyakannya sungguh diluar dugaan, setengah bergumam dia langsung bertanya “Hmm, kalo Tuhan itu laki-laki apa perempuan ya Mi..?”

Lain Aziz lain pula Azzam, Karena usianya tidak terpaut jauh dari Aziz, dia sekarang juga sudah sekolah di TK. Azzam sangat mudah bersosialisasi. Dia cepat akrab dengan orang yang baru dikenalnya. Daya ingatnya tinggi walaupun baru sekali dikasih tahu tentang suatu hal. Stimulasi yang kami berikan juga tdk jauh berbeda dengan Aziz, abangnya. Kami juga memberikan contoh langsung tentang nilai-nilai baik yang apabila kita lakukan akan membuat orang lain bahagia, misalnya bagaimana cara berbagi dengan orang lain, seperti berbagi bekal makanan dengan teman di sekolah, memberi uang/makanan kepada pengemis, dan sebagainya, sehingga rasa sosialnya bisa tergali sejak kecil. Dan hasilnya, alhamdulillah waktu penerimaan raport kemarin Azzam mendapat sertifikat dengan predikat “Anak Yang Dermawan”.

Seperti juga Aziz, banyak kejutan-kejutan dari Azzam yang tidak disangka-sangka. Sewaktu baru masuk sekolah TK, Azzam selalu diantar dan dijemput oleh Abinya. Tapi baru hari ke-lima dia sekolah, kami dirumah dikejutkan oleh telepon dari abinya yang mengabarkan bahwa nanda Azzam ‘tidak ada’ sewaktu dijemput di sekolahnya. Kontan saja itu membuat saya terkejut. Belum selesai terkejutnya tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara, “Assalamu’alaikum,Ummi…Azzam sudah pulang..”. O..oo rupanya Azzam sudah bisa pulang sendiri, padahal jarak dari sekolah ke rumah kira-kira 1000 m dengan beberapa kali belokan yang agak panjang, jarak yang cukup jauh untuk anak seumurnya. akhirnya “Alhamdulillah…” suara abinya lega sebelum gagang telepon ditutup.

Pertanyaan-pertanyaan Azzam juga kadangkala membuat kejutan yang menggelitik, Suatu hari Azzam bertanya, “Umi,apa benar Tuhan ada di atas..?” sambil tangannya menunjuk ke atas. Belum sempat saya menjawab (karena masih mikir-mikir jawaban apa yang pas buat anak seusianya), Azzam kembali menyambung “Kalo benar Tuhan ada di atas, ‘tar kalo naik pesawat ketabrak dong ama Tuhan..” Geeeeerrr…

Askar, putra ketiga kami, lucu, periang dan murah senyum, dia juga aktif dan cerdas seperti kedua kakaknya. Dengan Stimulasi terus menerus dan lebih terarah (karena sudah anak ketiga), terlihat perkembangannya rata-rata lebih cepat dari kedua kakak-kaknya. Kalau kakak-kakaknya baru bisa berjalan usia 1th lebih, tapi Askar usia 11 bulan sudah lancar berjalan. Dengan selalu melibatkannya dalam percakapan sehari-hari, menstimulasinya cepat dapat bicara, dan hasilnya di usia yang baru 1,5 tahun, sudah banyak sekali kosa katanya, bicaranya juga sudah bisa menyamai anak usia 3 tahun (kebetulan, anak tetangga kami ada beberapa orang yang usianya 3th, jd mudah mencari pembanding).

Dengan membiasakannya merunut segala sesuatu dari awal, menstimulasi daya ingatnya dan daya tangkapnya. Misalnya : Askar akan selalu ingat kejadian yang menyebabkan ia luka (karena terjatuh, terpeleset atau tersandung,dsb), lokasi kejadiannya (di halaman, di dapur atau dijalan, dsb), dan ia akan menceritakannya secara berurutan. Hasilnya daya tangkap dan daya ingatnya relatif tinggi, biasanya kalo baru diajarkan atau dikasih tahu sekali saja, dia langsung ingat. Askar juga cukup empati dengan orang-orang di sekelilingnya, Kalo ada yang menangis, dia akan segera mendekati dan mengusap kepala yang bersangkutan sambil mengucapkan “cayaaang….cayaaang…”

Kalo Hari jum’at, kakeknya mau pergi sholat jum’at di mesjid dekat rumah kami, Askar cepat-cepat mengambilkan tongkat untuk kakeknya berjalan, padahal tidak ada yang mengajarkan hal tersebut. Dan itu cukup membuat kakeknya yang sudah sepuh menjadi sangat senang.

Suatu hari saya sudah terlambat masuk kerja, saking buru-burunya saya tidak memperhatikan lagi kegiatan si kecil Askar. Tapi dia menarik-narik rok saya padahal saya sudah hampir siap, saya berbalik dan sedikit berteriak,

Ada apa sih Askar…., nanti Ummi telat nih..!”

Tiba-tiba, “u..Waaaaa…..!!!!!”, Askar langsung menangis karena kaget mendengar suara keras saya, benda yang dipegangnya ikut jatuh, Hah….Ternyata benda itu ….sepasang sepatu yang biasa saya pakai untuk kerja. Oo.. berarti tadi dia ingin memberikan sepatu untuk saya pakai. Saya menyesal sekali, bukannya berterima kasih karena sudah dibantu tapi malah membentak dengan keras. Langsung saya peluk dia untuk meredakan tangisnya. Maafkan Ummi, ya nak….

Kemampuan spiritual Askar juga mulai kami gali, dia dibiasakan untuk selalu berdo’a dalam memulai dan mengakhiri kegiatannya. Misalnya, waktu dia mau makan atau minum, baca do’a dulu. Baru-baru ini waktu mereka bertiga (Aziz, Azzam dan Askar) sudah dibuatkan susu FF masing-masing 1 gelas, terjadi hal yang menggelikan. Aziz dan Azzam langsung cepat-cepat mengambil gelasnya, waktu gelas-gelas mereka sudah di mulut, tiba-tiba Askar berteriak ke mereka,

“Abang….Kakak….O..’aa dulu..!” (Abang… kakak… berdoa dulu…!”) sambil kedua tangannya sudah dibuka layaknya orang mau berdo’a.

Wah, Aziz dan Azzam jadi malu nih, mereka letakkan kembali gelas susunya trus memulai do’a sama-sama Askar, baru kemudian minum susu bareng-bareng.

Begitulah, bila menceritakan kebersamaan kita dengan si kecil, rasanya tidak akan ada habis-habisnya, selalu saja ada kejutan-kejutan dari mereka setiap saat. Tapi kita patut bersyukur karena telah diberi amanah/tanggung jawab yang begitu besar untuk merawat dan membesarkan mereka. Bentuk syukur itu salah satunya adalah dengan memberikan yang terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.Wallahua’lam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar