![]() |
askar tadi mau apa ya...kog lupa sich.. |
Sebelumnya, saya sangat pelupa.
Walaupun Manusia dikenal dengan kelemahannya yang suka Alfa, namun bagi saya
sifat ini sangat membebani dan harus diantisipasi agar tidak menimbulkan korban
yang tidak dikehendaki.
Suatu hari, teman saya, si A bermaksud
membayar hutangnya kepada si B. Dengan alasan karena saya sering bertemu dengan
si B, maka dititipkanlah uang pembayaran hutang tersebut kepada saya. Tapi
setiap kali saya berjumpa dengan si B, saya kelupaan terus untuk memberikan
uang titipan tersebut. Hingga suatu ketika si B bercerita kepada saya bahwa si
A tidak mau membayar hutang kepadanya, deg… saya terkejut dan baru tersadar.
Tiba-tiba saya ingat dengan uang yang sudah sekian lama dititipkan si A kepada
saya. Akhirnya dengan perasaan bersalah yang sangat besar, saya langsung
memberikan uang tersebut kepada si B dan menjelaskan hal sebenarnya. Sayapun
sangat menyesal dan meminta maaf kepada si A, yang hampir menjadi ‘korban’ atas
kelalaian saya. Betapa tidak, kalau sampai uang titipan tersebut tidak sampai
ke si B, maka label (cap) : “Orang yang lalai membayar hutang” ,
akan melekat pada si A. Astaghfirullahal’adziim…
nah baru ingat deh sekarang, Askar mau jadi anak sholeh pembela islam... |
Kali lain, saya pernah diundang
untuk menghadiri rapat yang diadakan oleh kelompok pengajian RT di lingkungan
tempat kami tinggal. Hari itu, saya pergi dengan tergesa-gesa karena merasa
sudah terlambat dari jadwal yang ditentukan. Tapi, setelah sampai di rumah pak
RT (yang menjadi tempat rapat seperti tertera di undangan), saya terkejut dan
heran, karena tak seorang yang hadir, kecuali tuan rumah (bu RT). Saya pun
menjelaskan maksud kedatangan saya karena terlihat kebingungan di mata beliau.
Dengan tersenyum geli bu RT berujar,
“kan, Rapatnya besok bu….. “. Beliaupun terkekeh. Yah, kali ini Saya yang
menjadi ‘korban’ atas kealpaan saya sendiri.
Kejadian-kejadian diatas membuat
perenungan bagi saya untuk mengatasi sifat lupa yang ternyata membawa ‘korban’.
Kemudian Saya teringat sebuah hadist Rasulullah SAW yang artinya,
“Sesungguhnya
Allah mencintai seseorang diantara kamu yang apabila bekerja selalu rapi”.
Sejak itu,
saya mulai rajin membuat catatan-catatan dalam setiap kegiatan saya. Untuk
masalah keuangan saya catat di buku khusus. Saya pun mulai menyusun agenda dan
jadwal kegiatan saya berurutan rapi,
lengkap dengan waktu dan tempatnya. Agenda yang terjadwal tersebut saya tulis/cetak
di kertas dengan tulisan jelas dan menarik, lalu saya tempelkan di dinding atau
whiteboard. Saya juga menggunakan alarm Hp sebagai pengingat untuk hal-hal
penting.
Alhamdulillah, sekarang saya tidak terlalu sering lupa lagi, malahan hari-hari
saya terasa lebih teratur dan bermakna, karena ternyata catatan-catatan
tersebut bisa mewakili perencanaan aktivitas hidup saya. Wallahu’alam bisshowab
.