Suatu hari Abi
marah besar. Aziz dan Azzam terpana. Mereka seolah melihat sesuatu yang sangat
mengejutkan. Aziz langsung tertunduk
kaku, Azzam diam seribu bahasa. Mereka tidak beringsut dari tempat berdirinya.
Ummi hampir saja terkikik , tapi gak jadi setelah melirik wajah gusar abi. Yah, sudah menjadi kesepakatan kalo ummi dan
abi harus kompak dalam hal yang satu ini,
memberi ketegasan/kedisiplinan kepada 3 musketers kami. Jadi kalo salah satu sedang marah (dalam
rangka kebaikan), yang lain harus mendukung.
ekspresi abang Aziz saat merasa bersalah....uuh... |
Tapi tunggu
dulu, ini sebenarnya ada masalah apa sih? Kog Abi tiba-tiba sangat gusar,
biasanya kan Abi sangat cool dan penuh canda nih…Askar yang sedari tadi ikut
dalam permainan kedua kakaknya jadi
mengkerut, ia segera menghambur ke pelukan umi. Ada apa sih? Olala
ternyata telah terjadi sebuah insiden yang didalangi oleh abang Aziz. Kita
simak kronologisnya. Sudah beberapa hari ini abang selalu jajan di warung dekat
rumah, padahal sebelumnya tidak pernah, yah karena nenek anang punya warung
jadi mereka tinggal ngambil. Nah yang jadi masalah sekarang darimana uang
jajannya? Semula Abang tidak mau
mengakui asal-usul uang jajannya padahal umi abi merasa tidak pernah memberi
uang jajan kepada abang belakangan ini. Yah, ada sih dikasih uang saku, tapi
abang berjanji uang itu akan ditabung karena abang selalu bawa bekal dari rumah
kalo ke sekolah, dan itu memang dibuktikan dari catatan buku tabungan abang
yang selalu bertambah setiap hari, artinya uang sakunya memang benar-benar ditabung.
Jadi darimana ya uang jajan dadakan itu...? Setelah didesak abi, barulah kakak
Azzam yang nyelutuk “Abang tuh ncongkel celengan rumah2an...bi..”, Abang Aziz
sempat mendelik ke adiknya Azzam, tapi tak lama, kembali didengarnya pertanyaan
abi, “benar...bang??”. Dengan tergagap ia menjawab “i..ii..iyyaa, bi..” sangat
perlahan tapi cukup terdengar di telinga abi dan umi.
ekspresi nanda Azzam saat memaparkan ulah abang Aziznya.... | hehehe |
Inilah awal muasal kemarahan abi, segera
diambilnya 2 celengan (tabungan) berbentuk rumah-rumahan hadiah dari ombai (nenek, bhs komering) untuk Aziz n Azzam
beberapa bulan yang lalu. Abi segera mengguncang celengan rumah yang berwarna
hijau, itu milik Azzam,sangat ringan, ternyata bunyinya
“klotak-klotak”,menandakan hanya tinggal sedikit uang recehan yang ada di
dalamnya. Beda sekali dengan yang satunya, celengan rumah warna orange milik
Aziz, terasa masih berat, dan bunyinya kresek2 ditambah gemerincing logam,
menandakan ada banyak uang kertas yang bercampur dengan uang receh, kembali abi
bertanya dengan heran.. “lho bang, kog celengan abang msh banyak isinya
dibanding punya Azzam, sebenarnya siapa yang nyongkel tabungannya..??”, belum
sempat Aziz menjawab, Azzam segera mendahului... “ abang tuh bi, nyongkel
tabungan Azzam,sudah beberapa hari ini sih.. trus dipake buat jajan di warung sebelah,
Azzam sama adek Askar dibagi juga..” tanpa merasa bersalah, Azzam membongkar
kelakuan abangnya...di depan abi, umi dan dedek Askar. Abang aziz semakin
terpojok, dalam hati ia sangat marah
dengan kenyinyiran Azzam, tapi saat ini dia juga takut dengan sorot mata abi
yang dirasanya menusuk jantung, deg..deg..deg...serasa mau copot nih..
Akhirnya abi
membobol semua celengan rumah-rumahan itu. Semula mereka (aziz n azzam) bercita
kalo celengan mereka sudah penuh mau beli sepeda sport. Tapi dengan tegas abi
menyatakan bahwa jumlah uang dalam celengan mereka sangat jauh dari mencukupi
untuk membeli sesuatu yang mereka idam-idamkan. Terlihat jelas kekecewaan
dimata keduanya, Azzam sempat menyalahkan abangnya yang dianggap sembrono, tapi
abi bilang bahwa Azzam tidak boleh begitu karena toh dia juga ikut menikmati
jajanan hasil dari ncongkel tabungan..nah lho... Namun, abi juga tidak pelit
memberi pujian kepada Azzam yang sudah berkata
jujur, pun Aziz yang sudah mengakui
kesalahannya. Aziz tampak sangat
menyesali perbuatannya, ia membayangkan liburannya yang tak berarti tanpa
sepeda sport idamannya...aah...
ekpresi Abi saat berusaha tuk menerapkan funishment n reward yang tepat hmmm... |
Abi menawarkan
untuk menabung lagi di celengan baru, asal Aziz berjanji dengan sungguh-sungguh
untuk tidak menyongkel-nya lagi.
Sebagai hukumannya, abi mencontoh cara
nabi sulaiman memecahkan masalah pemilik ternak yang merusak ladang tetangganya,
walau gak sama persis, Aziz harus menabung di celengan Azzam sampai jumlahnya
sama dengan uang di celengan Aziz yang masih penuh, sementara itu Azzam tetap
menabung di celengannya. Semula Aziz mau protes tapi kemudian dia pasrah aja,
mungkin sadar akan kesalahannya.
Untuk uang
saku, umi menyarankan bisa digunakan sebagian untuk hal-hal yang dinginkan,
asal bermanfaat (umi sebenarnya masih ragu, mereka udah ngerti belum tentang
kata ‘bermanfaat’, tapi umi bertekad untuk selalu mengarahkan). Kalo uang
sakunya belum mencukupi untuk membeli sesuatu yang mereka idam-idamkam, entah
mainan atau jenis makanan, Biasanya mereka mangumpulkan uang sakunya beberapa
hari sampai cukup.
Hari ini umi
dikejutkan nanda Askar yang berlari-lari masuk ke rumah sambil
melambi-lambaikan satu lembar uang lima puluh ribuan, “umi...umi...Askar mau
beli sepeda, ini uangnya...!!!”, umi bertanya-tanya dalam hati dari mana uang
itu Askar dapat, belum sempat umi bertanya atau memeriksa dompetnya, Askar
sudah berteriak lagi “Ayah yang kasih uangnya mi...”, sambil tangannya menunjuk
sosok Ayah (panggilan utk pamannya, adik ipar abinya) yang masuk ke rumah
sambil mengucapkan salam. Ooo... ternyata...
lutuna cerita kak rose nih tentang ponakanku yg udah pada besar dan udah bisa jadi pemain sinetron, hahaha
BalasHapusjadi dapet ide nih untuk mereward&funishment anak2, syukron katsiir artikelnya
weleh-weleh... dukung Kak Rose un
BalasHapusNapo komenku tepotong ya Mbak? Hikksss...
BalasHapusLupo dulu ngomong apo...
Itu ekspresinya mewakili sekali dech, apo lagi difoto terakhir ;)hehe...