Rabu, 14 April 2010

catatan Rina Syarif

GELANG UNTUK MAMA
14 maret 2010 jam 7:57

Bismillahirrahmanirrahiim,

Mata gadis kecil itu masih sembab, tangannya gemetaran mengunting kardus bekas. Sekali-kali gunting itu melukai jari-jari mungilnya, berdarah sedikit, ditahannya rasa sakit dan diteruskannya merangkai potongan-potongan kardus yg dibentuknya seperti hati kecil dgn seutas benang. Pintu kamarnya masih terkunci, dia dihukum selama 6 jam tidak boleh keluar kamar oleh ibunya karena tanpa sengaja menghilangkan butiran2 mutiara dari gelang kesayangan ibunya, Ia dimarahi habis-habisan karena bermain dengan perhiasan yg paling berharga.

Waktu hukuman pun telah habis, sang ibu membuka kunci kamar gadis kecilnya dan memekik kaget. Dilihatnya jari-jari mungil gadis kecilnya terluka. "mama, ini aku ganti gelang mama yg rusak, aku bikin kan gelang ini untuk gantinya," ucap suara mungil itu lirih, "jangan marah lagi ya, ma.." Tidak kuat sang ibu menahan tumpahan airmata, "jadi 6 jam kamu dihukum, kamu bikinkan ini untuk mama..?". TImbul penyesalan teramat dalam dari hati sang ibu. Namun penyesalan itu tiada guna, sang ibu telah terlanjur melukai hati gadis kecilnya, yg mungkin saja akan diingatnya terus sampai dewasa dan menjadi sebuah trauma masa lalu.

Sahabatku yg dirakhmati ALLAH Ta'Ala,
cerita diatas sebuah ilustrasi semata dan hanya cerita rekayasa. Intinya adalah terkadang kita sebagai orang tua, juga saya pribadi sering kali mengumbar amarah dan mengomel berlebihan untuk hal2 kecil yg dilakukan anak2 kita. Apalagi jika tanpa sengaja mereka menghilangkan atau merusak barang milik kita yg bernilai tinggi. Namun sahabatku, harta dunia itu tidak sebanding dengan "harta paling berharga" yaitu hati anak2 kita.

Hati kecil mereka begitu rapuh dan bening, pikiran mereka sangat mudah merekam semua kenangan/memory. Biasanya kenangan yg paling membahagiakan dan kenangan yg paling menyedihkan lah yg selalu tersimpan dalam file otak seseorang dan terbawa sampai dewasa. Bisa jadi kenangan2 itu berulang lagi pada saat mereka mendidik anak2 mereka kelak.

Sahabatku, inginkah kita diingat sebagai orangtua yg penyayang atau sebagai orang tua yg keras, egois dan jahat oleh anak-anak kita..? Tidak, kita jangan pula terlalu "lembek" dan memanjakan mereka dengan segala mainan mahal, kelak mereka tumbuh jadi anak2 yg tidak mandiri dan masih bergantung pada orang tuanya. Semua memang tergantung bagaimana pola kita dalam mendidik anak2.

Sahabatku ,sebagai seorang muslim, pola hidup kita berpegang pada Al Qur'an dan ajaran Rasulullah Muhammad Salallahu 'Alaihi Wassalam. Termasuk dalam mendidik anak. Inginkah kita memiliki anak2 yg sholeh/ah dan dapat menyelamatkan kita dari jilatan api neraka jahannam..? Bukankah itu idaman setiap orang tua muslim ?. Marilah sahabatku, kita cari ilmu agama sebanyak2nya, kita kembali pada tuntunan Rasulullah Muhammad Salallahu 'Alaihi Wassalam, agar selamat dunia dan akherat. Sahabatku, Ilmu itu seperti pelita, yg akan menerangi jalan kita. Jangan lupa pula untuk selalu berdoa pada Allah Subhana Hu Wa Ta'Ala, memohon kemudahan dan kelapangan.

LA HAWLA WA LA QUWWATTA ILLAHI BILLAHI... Tiada daya dan upaya kami tanpa pertolongan-Mu ya ALLAH, termasuk dlm mendidik anak, limpahkan kami dengan ilmu-Mu yg bermanfaat, kesabaran, kemudahan dan kelapangan dalam mendidik buah hati kami... Allohumma Sholi 'Ala Sayyidina Muhammad, amiin Allohumma amiin.



Semoga catatan sederhana ini, bisa menjadi renungan untuk saya pribadi dan para sahabat semua...


Wassalam,
Cibubur 14 Maret 2010


RINA SYARIF,
yg lemah dan miskin ilmu.

Kamis, 01 April 2010

catatan di hari lahir my soulmate

Hari ini, harusnya bikin yang special buatnya, tapi.. sepertinya dia menginginkan sebaliknya. Bahkan dari kemarin-kemarin dia sudah bilang gak usah masak macem-macem kalo Cuma buat ngerayain hari lahirnya.

“..gak usah lebay ah mi.., malahan prihatin dengan stok umur yg kian menipis”, mungkin itu yang ada dalam hatinya. Aku hanya menebak dari kesehariannya, tepatnya untuk beberapa hari ini. Dengan kesederhanaannya yang memang sudah menjadi karakter sejak aku mengenalnya lebih kurang 8 tahun yang silam, sekarang dia kelihatan matang dalam menjalani kehidupan. Terutama melakoni perannya sebagai kepala Rumah tangga.

Ah jadi flash back nich, saat kami ta’aruf dulu ada satu kata yang selalu kuingat, saat kutanyakan apa tujuan ‘menikah’ baginya. Dia menjawab dengan mantap, untuk “ibadah”. Jawaban yang selalu membuatku terharu sampai sekarang, sekaligus menjadi referensi kami dalam menjalani kehidupan berumahtangga. Juga dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan hidup lainnya. Yach, dari mana pun mulainya, perjalanan hidup memang tak akan pernah lepas dari cobaan. Bentuknya tidak seperti yang disadari banyak orang : derita, sedih dan sejenisnya. Karena sesuatu yang menyenangkan pun adalah ujian.

Namun, dibalik semua itu aku tetap yakin akan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hambaNYA yang istiqomah di jalan-NYA dan bersamamu, suamiku, aku percaya kita akan berlayar menuju jannah-NYA. Aamin Yba.

Met hari lahir, honey…